Anggota parlemen mengutuk DJI karena Bea Cukai AS memblokir
Sorotan terhadap raksasa pesawat nirawak Tiongkok DJI semakin meningkat saat para pemimpin Republik di Komite Khusus Partai Komunis
Sorotan terhadap raksasa pesawat nirawak Tiongkok DJI semakin meningkat saat para pemimpin Republik di Komite Khusus Partai Komunis Tiongkok (PKT)
mengeluarkan pernyataan baru yang mengecam perusahaan tersebut atas tuduhan kerja paksa. Pernyataan ini menyusul laporan tentang Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS (CBP) yang menghentikan impor dari DJI, dengan alasan kekhawatiran tentang pelanggaran kerja paksa berdasarkan Undang-Undang Pencegahan Kerja Paksa Uighur (UFLPA). Keputusan CBP menambah serangkaian tantangan yang dihadapi DJI dalam mempertahankan kehadirannya di pasar AS.
Ketua John Moolenaar (R-MI) dan Perwakilan Elise Stefanik (R-NY) telah secara khusus vokal menyatakan , “Selama bertahun-tahun produsen pesawat nirawak PKT DJI telah secara sah masuk daftar hitam oleh pemerintah AS karena secara aktif membantu PKT dalam melakukan pengawasan atas kejahatan genosida mereka terhadap Uighur di Xinjiang. Sekarang kami telah menemukan bahwa DJI tidak hanya membantu genosida ini tetapi juga memaksa pekerja budak Uighur di Xinjiang untuk memproduksi pesawat nirawak yang digunakan untuk mengawasi pelanggaran hak asasi manusia terhadap mereka yang secara langsung melanggar Undang-Undang Pencegahan Kerja Paksa Uighur.”
Para anggota parlemen menekankan kekhawatiran keamanan yang lebih luas yang mereka yakini ditimbulkan DJI terhadap Amerika Serikat, dengan menuduh bahwa perusahaan tersebut "memajukan kemampuan militer Tiongkok, melakukan pelanggaran hak asasi manusia, menggunakan tenaga kerja budak, dan memata-matai warga Amerika." Pernyataan mereka juga menyerukan pengurangan ketergantungan AS pada DJI, mendesak pengesahan segera Undang-Undang Anti-Drone PKT untuk memperkuat kemampuan manufaktur drone dalam negeri.
Tuduhan dan penghentian impor tersebut berasal dari UFLPA, yang mengamanatkan bahwa produk yang terkait dengan kerja paksa di Xinjiang dianggap tidak dapat diterima kecuali terbukti sebaliknya. Perkembangan ini telah meningkatkan ketegangan antara DJI dan pemerintah AS, menambah kekhawatiran sebelumnya tentang hubungan perusahaan tersebut dengan upaya pengawasan Tiongkok.
What's Your Reaction?