Belanda akan membatasi perbaikan ASML di Tiongkok
Rencana pemerintah Belanda untuk membatasi kemampuan ASML dalam melayani mesin pembuat cip canggihnya di Tiongkok
Rencana pemerintah Belanda untuk membatasi kemampuan ASML dalam melayani mesin pembuat cip canggihnya di Tiongkok dapat secara signifikan menantang industri semikonduktor negara tersebut.
Keputusan pemerintah Belanda untuk membatasi kemampuan ASML dalam memperbaiki mesinnya di Tiongkok dapat berdampak signifikan terhadap industri semikonduktor global. Mesin-mesin ini sangat penting bagi perusahaan-perusahaan Tiongkok seperti Huawei dan Semiconductor Manufacturing International Corp. (SMIC). Akses terhadap perbaikan dan suku cadang yang diperlukan diperlukan untuk menghindari kegagalan operasional atau penurunan efisiensi, yang berpotensi mengganggu produksi semikonduktor di Tiongkok.
Ketergantungan Tiongkok pada ASML sangat besar karena negara tersebut tidak dapat memproduksi peralatan yang sebanding di dalam negeri dan tidak dapat membeli mesin ultraviolet ekstrem (EUV) ASML yang lebih canggih. Pembatasan layanan perbaikan dapat memaksa produsen chip Tiongkok untuk mencari alternatif yang kurang canggih atau menghadapi tantangan produksi yang signifikan, yang berdampak pada kemampuan mereka untuk memproduksi chip berkinerja tinggi.
Pergeseran kebijakan yang potensial juga menyoroti keselarasan yang lebih luas dengan strategi AS untuk membatasi akses Tiongkok ke teknologi mutakhir . Di bawah Perdana Menteri sebelumnya Mark Rutte, Belanda kurang mematuhi pembatasan perdagangan AS terhadap Tiongkok. Namun, kesediaan pemerintah saat ini untuk bekerja sama dengan upaya AS dan Jepang menandai perubahan kebijakan yang signifikan. Sikap yang berkembang ini menggarisbawahi meningkatnya kompleksitas geopolitik seputar transfer teknologi dan perdagangan, dengan AS juga mempertimbangkan kontrol yang lebih ketat, seperti aturan produk langsung asing, untuk memperketat pembatasan terhadap Tiongkok lebih jauh.
What's Your Reaction?