Lonjakan serangan siber menargetkan perusahaan utilitas AS
Serangan siber yang menargetkan perusahaan utilitas AS melonjak hampir 70% tahun ini, menurut data dari Check Point Research
Perluasan jaringan listrik AS yang pesat telah meningkatkan kerentanannya terhadap serangan siber.
Serangan siber yang menargetkan perusahaan utilitas AS melonjak hampir 70% tahun ini, menurut data dari Check Point Research. Sektor energi khususnya rentan, dengan sistem perangkat lunak yang ketinggalan zaman membuat perusahaan utilitas lebih mudah menjadi sasaran. Meskipun terjadi lonjakan insiden, belum ada serangan yang menyebabkan kerusakan parah, tetapi para ahli memperingatkan bahwa upaya terkoordinasi dapat menjadi bencana, memengaruhi layanan penting, dan mengakibatkan kerugian finansial yang besar.
Data Check Point menunjukkan rata-rata 1.162 serangan siber hingga Agustus, dibandingkan dengan 689 pada tahun 2023. Angka-angka ini menyoroti meningkatnya risiko seiring dengan pesatnya perluasan jaringan listrik AS untuk memenuhi permintaan energi yang lebih tinggi, terutama dari sektor-sektor baru seperti pusat data AI. Para ahli mengatakan pertumbuhan jaringan yang pesat menciptakan lebih banyak titik masuk potensial bagi para penyerang.
Internet of Things (IoT) dan Incident Command Systems (ICS) yang sudah ketinggalan zaman yang digunakan oleh banyak perusahaan utilitas tidak seaman perangkat lunak canggih di industri lain, sehingga meningkatkan risiko infrastruktur penting. Peraturan seperti Critical Infrastructure Protection dari NERC hanya menyediakan tingkat keamanan dasar, yang menurut beberapa ahli tidak memadai mengingat ancaman yang terus meningkat.
Dampak finansial dari pelanggaran siber di sektor energi sangat signifikan. Pada tahun 2022, IBM melaporkan biaya rata-rata pelanggaran data di sektor ini mencapai $4,72 juta. Dengan semakin dekatnya pemilihan umum AS tahun 2024 , para pakar keamanan siber memperkirakan lonjakan serangan siber yang lebih besar pada infrastruktur penting.
What's Your Reaction?