Memahami Budaya Thailand Karena Makan di Restoran Thailand
Kampanye pemerintah mendorong popularitas dan kesamaan menu-menu Thailand, tetapi mereka meninggalkan satu bahan: pengalaman orang Thailand
Kampanye pemerintah mendorong popularitas dan kesamaan menu-menu Thailand, tetapi mereka meninggalkan satu bahan: pengalaman orang Thailand yang sebenarnya.
Tumbuh besar di Amerika Selatan, saya biasanya menjadi satu-satunya orang Thailand di ruangan mana pun. Saya terbiasa melihat keterbatasan pengetahuan yang dimiliki banyak orang Amerika tentang budaya Thailand, yang sering kali mereduksinya menjadi pesanan makanan untuk dibawa pulang atau objek pemujaan. Sebagai orang Thailand Amerika, saya mendapati diri saya banyak berpikir tentang pengalaman saya sendiri, serta keluarga saya yang menjadi pemilik restoran Thailand, dan saya kembali ke kutipan dari sarjana Jennifer Ho ini: "Saya memahami identitas saya melalui keluarga dan kebiasaan makan saya."
Makanan telah memainkan peran penting dalam cara orang memandang identitas keluarga saya di Amerika. Menyaksikan anggota keluarga saya diharapkan untuk memenuhi peran sebagai orang yang santai (Thailand dipasarkan sebagai " Negeri Senyum ") dan menyajikan makanan lezat mendorong saya untuk menelusuri asal-usul konsep "Ke-Thailand-an" ini. Itulah pertunjukan yang dilakukan orang Thailand untuk menegakkan gagasan tentang budaya dan kuliner Thailand yang tidak ada hubungannya dengan pengalaman nyata orang Thailand.
Namun, bagaimana bisa ada begitu banyak restoran Thailand di Amerika, sementara para pengunjungnya memiliki pengetahuan yang sangat terbatas tentang orang Thailand yang sebenarnya? Gastrodiplomasi.
Resep Kuliner yang Mendunia
Gastrodiplomasi, juga dikenal sebagai diplomasi kuliner, melibatkan suatu negara yang menggunakan makanan sebagai sarana globalisasi dan mendapatkan pengaruh internasional. Ini adalah sesuatu yang sangat dikuasai Thailand. Pada tahun 2002, pemerintah Thailand meluncurkan Program Thailand Global, sebuah inisiatif diplomatik dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah restoran Thailand di seluruh dunia. Negara tersebut menyediakan program pelatihan, hibah, dan informasi kepada investor Thailand yang ingin membuka restoran di luar negeri. Sebagai bagian dari kampanye ini, Pad Thai — hidangan yang hampir tidak memiliki sejarah budaya — diposisikan sebagai hidangan nasional Thailand dan memelopori kampanye kuliner yang didanai oleh pemerintah Thailand dengan 500 juta baht ($15 juta USD). Pemerintah percaya bahwa proyek tersebut akan berkontribusi pada ekspor pertanian dan makanan, sementara juga menghasilkan pendapatan asing dari transaksi barang dan jasa di luar negeri. Itu berhasil. Masakan Thailand telah menjadi fenomena global sebagai hasil dari proyek tersebut.
Pada tahun 2011, jumlah restoran Thailand di dunia telah meningkat menjadi lebih dari 10.000 dan negara tersebut memposisikan dirinya sebagai " dapur dunia " dengan memajukan kualitas makanan Thailand yang luar biasa di seluruh dunia dan menjadi ibu kota makanan bagi dunia. Negara tersebut juga menetapkan standar ketat untuk apa yang dapat diharapkan oleh pengunjung restoran pada menu. Departemen Promosi Ekspor Thailand merancang prototipe untuk tiga gaya restoran Thailand yang berbeda: Elephant Jump untuk makanan cepat saji, Cool Basil untuk masakan kasual dengan harga menengah, dan Golden Leaf untuk makanan mewah. Restoran Thailand di luar negeri dapat dianugerahi penghargaan Thai Select oleh pemerintah Thailand, selama restoran mereka mematuhi standar pemerintah. Agar dianggap autentik dan berkualitas tinggi, restoran-restoran di luar negeri ini harus memenuhi kriteria tertentu selama inspeksi, termasuk buka setidaknya lima hari seminggu, mempekerjakan koki Thailand yang terlatih pemerintah, dan menggunakan produk-produk Thailand. Standar-standar ini dapat memastikan kualitas restoran, tetapi juga berkontribusi pada standarisasi makanan Thailand dan dengan demikian, persepsi orang Thailand.
What's Your Reaction?