“Subak” – Lanskap Budaya Bali yang Menakjubkan

Kunjungi Bali, berwisatalah ke dataran tingginya, dan Anda pasti akan terkagum oleh keindahan ribuan hektar hamparan sawah hijau subur

Aug 5, 2024 - 18:51
Aug 13, 2024 - 20:22
 0  5
“Subak” – Lanskap Budaya Bali yang Menakjubkan

Kunjungi Bali, berwisatalah ke dataran tingginya, dan Anda pasti akan terkagum oleh keindahan ribuan hektar hamparan sawah hijau subur yang mengalir deras dari hulu gunung berapi.

Kunjungi Bali, berwisatalah ke dataran tingginya, dan Anda pasti akan terkagum oleh keindahan ribuan hektar hamparan sawah hijau subur yang mengalir deras dari hulu gunung berapi hingga ke lembah dalam di bawahnya, seolah dipahat dari lereng gunung.

Bali memang diberkahi dengan 150 sungai dan anak sungai yang menyediakan air sepanjang tahun untuk mengairi tanaman pokok yang paling penting ini. Meskipun demikian, pengairan sawah tidak akan berhasil jika tidak ada campur tangan manusia. Prasasti kuno mencatat penggalian terowongan irigasi pada tahun 944 Masehi. Sistem irigasi yang kompleks ini dilengkapi dengan jaringan saluran irigasi yang mendistribusikan air ke setiap sawah.  

Pergilah ke Tegallalang sekitar 15 km di sebelah utara Ubud , atau berjalanlah ke lereng timur Gunung Agung yang megah di Amlapura dekat desa Abang , dan kagumilah pemandangan menakjubkan hamparan sawah hijau subur yang bergelombang di atas lembah dan pegunungan.

Uniknya, sistem irigasi Bali yang kompleks ini berakar bukan atas perintah raja, tetapi pengelolaannya berada di tangan penduduk desa melalui koperasi desa, yang disebut “Subak”. Karena petani bergantung pada keberhasilan irigasi sawah, berbagai Subak membentuk ikatan yang tidak terpisahkan yang bersatu menjadi satu sistem. Sistem unik ini telah diwariskan dari generasi ke generasi selama lebih dari seribu tahun, yang hasilnya dapat dikagumi di sawah terasering Bali yang indah.

Pada tingkat terendah, setiap petani adalah anggota subak, yang sawahnya dialiri oleh satu bendungan. Kepala subak, yang disebut klian subak, dipilih oleh para anggotanya. Pada subak yang lebih besar yang dialiri oleh kanal, tingkat terendah disebut tempek .   Subak, pada gilirannya, terhubung dengan pura gunung atau pura masceti , yang berada di bawah kekuasaan salah satu dari dua pura danau, yaitu Pura Batu Kau yang mengoordinasikan irigasi di Bali Barat, dan Pura Ulun Danau yang mengoordinasikan wilayah utara, timur, dan selatan Bali.

Pura air menyelenggarakan festival setiap 105 hari, yang bertepatan dengan 105 hari musim tanam padi di Bali. Siklus ini juga menentukan waktu pembukaan dan penutupan pintu air kanal, untuk memastikan penanaman dilakukan secara bertahap dan air dialokasikan dengan cara yang paling efisien dan merata.

Namun, setiap keputusan selalu dibahas dalam rapat anggota dan disetujui dengan suara bulat, kemudian dibawa ke masing-masing subak. Selanjutnya, subak memanggil anggotanya untuk memutuskan kapan mulai menanam. Petani kemudian mulai menanam secara berurutan setiap 10 hari.   (Warisan Indonesia : Lingkungan Hidup Manusia, Archipelago Press ).

Subak, tentu saja, berkaitan secara eksklusif dengan sawah irigasi, yang disebut “sawah”, sawah lainnya adalah sawah tadah hujan, dan dikenal sebagai tegalan.

Di Indonesia, dan khususnya di Jawa dan Bali, Nasi bukan hanya makanan pokok, tetapi juga sinonim dengan kata Makanan. Tidak ada makanan yang lengkap tanpa nasi. Nasi juga merupakan bagian penting dari upacara sosial dan keagamaan, karena pada hakikatnya Nasi merupakan urat nadi kehidupan masyarakat.

Dewi Padi dikenal sebagai Bhatari Sri, atau ibu Padi. Sebagai makanan pokok kepulauan Indonesia, Dewi Sri tidak hanya dipuja di Bali, tetapi juga di Jawa dan pulau-pulau penghasil padi lainnya.

Dengan memadukan nilai-nilai adat yang sakral dan sistem yang sangat terorganisasi, maka Subak, budaya bercocok tanam padi khas Bali, merupakan perwujudan  doktrin kosmologi Tri Hita Karana Bali  . Subak merupakan refleksi konkret dari gagasan dan kepercayaan asli Bali yang pada hakikatnya berakar pada konsep ini, yakni kesadaran bahwa manusia perlu senantiasa menjaga keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia, dan manusia dengan alam dalam kehidupan sehari-hari. Konsep khusus tersebut pada hakikatnya tampak dalam kejeniusan kreatif masyarakat Bali dan tradisi budayanya yang unik yang merupakan hasil interaksi manusia yang berlangsung lama, khususnya antara masyarakat Bali dengan budaya Hindu.

Semua situs klaster Bentang Alam Budaya juga secara langsung menunjukkan kemampuan masyarakat Bali untuk mewujudkan doktrin kosmologi yang unik, yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari melalui perencanaan tata ruang dan pemanfaatan lahan (bentang alam budaya), penataan permukiman, arsitektur, upacara dan ritual, seni, serta organisasi sosial. Sesungguhnya, penerapan konsep tersebut telah terbukti menghasilkan bentang alam budaya yang indah.

Karena alasan ini, UNESCO telah menetapkan “Subak” – Bentang Alam Budaya Bali – sebagai Warisan Dunia di St. Petersburg, Rusia pada tanggal 20 Juni 2012.

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow