YATAGARASU: Burung Gagak Tidak Memilih Tuannya

Yatagarasu sudah tahu apa yang dilakukannya sejak awal. Meskipun kita mungkin tidak sepenuhnya mencurigai Koume karena perubahan dari alur pertama

hal itu tetap menjadi dasar untuk mengungkap penjahat sebenarnya dalam diri ibu Koume, Hatsune. Kejahatan tidak mengintai kali ini di balik wajah yang polos, tetapi wajah yang cantik, dengan duri-durinya yang disamarkan oleh mawar dari penampilannya dan pakaiannya yang mahal. Saat Koume melangkah masuk ke rumah ibunya dan kita melihat semua kimono yang cantik dan mahal itu – yang tampaknya dikoleksi Hatsune alih-alih dikenakannya, agar kedoknya tidak terbongkar – jelaslah siapa yang berada di balik semua itu. Bagaimanapun, Jihei meluangkan waktu untuk menyembunyikan putrinya, dan untuk memastikan bahwa perbuatannya tidak akan terulang lagi setelah kematiannya. Hatsune meninggalkan anaknya, yang menunjukkan bahwa dia tidak pernah terlalu peduli padanya.

Apakah Hatsune benar-benar jahat? Cerita ini memberi kita ruang untuk berpikir tentang itu. Dia, katanya pada Koume, dijual oleh ayahnya pada usia tiga belas tahun untuk menutupi utang judinya, dan dia sama sekali tidak merasa bersalah menjual wanita muda kepada monyet-monyet haus daging dengan imbalan produk yang lebih mahal untuk dijual.

Dia mungkin tidak sepenuhnya salah. Seperti yang telah kita lihat di alur ini, ada jurang yang sangat besar dan mengerikan antara gagak istana, gagak bukit, dan gagak yang hidup di pinggiran sosial ekonomi di jurang dan bawah tanah. Beberapa telah belajar bagaimana membela diri dan menggunakan apa yang mereka miliki untuk mendapatkan kekuasaan. Namun yang lain, seperti Hatsune? Dia dipaksa untuk membuat satu keputusan yang mengerikan dan egois berdasarkan persepsinya bahwa jika dia tidak melakukannya, dia akan mati. Dia benar-benar percaya bahwa dia terpojok dan tidak seharusnya berada di sana.